
Sore itu ana turun dari sebuah angkot di kota Bogor sambil
membawa tas punggung (daypack) yang penuh dengan barang belanjaan dan menenteng
sebuah dus karton yang juga berisikan barang belanjaan. Kali ini ana berbelanja
kebutuhan toko tanpa membawa kendaraan pribadi alias motor, ana lebih suka
dengan berjalan kaki atau menaiki kendaraan umum sambil membawa beban berat,
hitung-hitung sambil berolah raga agar stamina bisa selalu terjaga. Beban yang
ana bawa kali ini lumayan berat sekitar 15 kg di tas dan 10 kg ditentengan,
hampir menandingi beban yang ana bawa tatkala mendaki gunung. Namun itu tidak
masalah bagi ana karena hal itu sudah menjadi kebiasaan ana, apalagi jika
sewaktu-waktu ada panggilan mendadak untuk mendaki gunung ana tidak akan kaget
nantinya.
Setelah ana turun dari angkot, ana melihat sebuah bangunan
tua yang besar dan penuh misteri. Di depan bangunan tersebut ada keramaian
manusia seperti penjual makanan, tukang becak, para pekerja atau petugas, dan
orang-orang yang berjalan hilir mudik melewati bangunan tersebut. Ana berhenti
sejenak menatapi bangunan itu, seolah-olah seperti terhipnotis akan sebuah
pemandangan yang penuh misteri bagi diri ana. Itulah Lapas atau Penjara
Paledang yang berdiri di tengah kota Bogor. Sering sekali ana melewati penjara
tersebut, karena setiap ana pergi belanja ke Bogor ana selalu melewatinya,
hampir setiap pekan sekali. Dan jika ana melihatnya selalu muncul banyak
pertanyaan dalam hati ana, seperti apakah suasana di dalam penjara itu? Seperti
apakah para penghuni-penghuninya? Apa saja yang dilakukan oleh para penghuninya
di dalam penjara itu? Apa yang mereka lakukan hingga mereka bisa masuk ke dalam
penjara tersebut? Akankah ana kelak akan merasakan penjara itu? Bagaimana
jadinya jika ana masuk ke dalamnya? Apakah orang-orang yang masuk ke dalam
penjara itu adalah orang-orang yang bersalah semua? Dan segudang pertanyaan
lainnya yang tidak terjawab. Hanya saja ana menyakini bahwa tidak semua
orang-orang yang berada di dalam penjara tersebut adalah orang-orang yang
bersalah atau penjahat, karena mungkin ada dari mereka yang tidak bersalah atau
terfitnah. Pastinya, di dalam penjara tersebut terdapat banyak
penjahat-penjahat besar seperti yang kita saksikan di televisi. Suatu tempat
yang penuh misteri dan mengerikan bagi ana. Cocok sekali dijadikan sebagai
tempat untuk uji nyali bagi orang yang ingin mengetes seberapa besar nyalinya.
Namun sangat aneh jika ada orang yang ingin uji nyali malah mendatangi kuburan
atau tempat-tempat angker lainnya?! Penjaralah tempat terbaik untuk uji nyali,
siapapun orangnya, bahkan penjahat besar sekalipun tidak akan berdaya ketika
dia masuk ke dalam penjara, seolah-olah dia berubah menjadi kecil seperti anak
kucing.
Ana pun berlalu meninggalkan bangunan tua tersebut,
menghapus semua pertanyaan-pertanyaan yang ada di benak ana tentang bangunan
tersebut. Sambil meninggalkan penjara Paledang, ana berharap semoga ana tidak
menjadi penghuninya di suatu saat kelak. Ana tinggalkan penjara itu sambil
menuju ke stasiun Bogor, karena jarak antara penjara Paledang dengan stasiun
Bogor sangat berdekatan sekali. Tidak lama ana pun sampai di stasiun Bogor dan
kembali pulang menuju rumah dengan menaiki kereta api tujuan Bojonggede.
Pikiran ana tentang penjara itu hilang seketika terhapus kesibukan ana. Hingga
akhirnya Allah menakdirkan ana dengan sebuah musibah yang membuat ana harus
bermalam di dalam penjara selama 153 malam atau 5 bulan.
Rupanya apa yang pernah ana tanyakan di dalam benak ana
tentang penjara terjawab semua. Pertanyaan-pertanyaan ana semuanya dijawab oleh
ana sendiri. Terasa seperti mimpi musibah yang ana alami. Karena ana tidak
menyangka sama sekali akan merasakan kehidupan di dalam penjara tersebut selama
beberapa bulan, kehidupan yang belum pernah alami, kehidupan yang tidak terduga
sebelumnya, apa yang ana khawatirkan rupanya terjadi juga. 153 malam adalah
waktu yang tidak sebentar dan penuh cerita serta pengalaman yang panjang. Pada
kesempatan ini ana berusaha untuk berbagi cerita dan pengalaman selama ana di
penjara. Sebenarnya ana agak kesulitan untuk menceritakan pengalaman ana ini,
namun dikarenakan banyaknya desakan dari teman-teman agar ana mau menceritakan
dan berbagi pengalaman, maka ana akan berusaha untuk sedikit berbagi pengalaman
ana selama di penjara, dan semoga saja ada hikmah dan pelajaran dari pengalaman
ana ini untuk kita semua, insya Allah. Di cerita ini ana tidak akan membahas
kasus yang ana alami, yang ana bahas disini hanya seputar pengalaman ana selama
di penjara. Jika ada dari teman-teman yang belum tahu tentang kasus yang ana
alami, silahkan cari sendiri di internet (khususnya google), disana banyak
berita tentang kasus yang ana alami, cukup ketik kata kunci di google: “Abu
Fahd”, niscaya akan mendapatkan berita tentang kasus yang ana alami.
Bersambung insya Allah….
Oleh Abu Fahd Negara Tauhid.
Sumber:
0 Response to "153 MALAM (BAG. 1 -TRUE STORY-)"
Post a Comment